Thursday, April 16, 2009
Dari seberang ; ..Fosil Gajah Purba...
Gambar atas;-
Pet u g a s Kecamatan Kradenan dan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Blora membongkar penggalian fosil gajah purba yang diduga ilegal atau tak berizin di Dusun Sunggun, Desa Medalem, Kecamatan Kradenan, Jumat (3/4). Fosil gajah purba relatif lengkap itu akan dititipkan di Museum Geologi Bandung.
/
Kamis, 16 April 2009 20:08 WIB
BANDUNG, KOMPAS.com — Fosil gajah purba Elephas hysudrindicus yang ditemukan di Blora, Jawa Tengah, mulai direkonstruksi Tim Vertebrata dari Museum Geologi Bandung. Namun, prosesnya baru berjalan sekitar 40 persen. Masih dibutuhkan waktu lama untuk ekskavasi lanjutan dan rekonstruksi terhadap fosil yang tersisa sebelum nantinya dipamerkan.
Ditemui Kamis (16/4) sore di bagian Vertebrata Museum Geologi Bandung, anggota Tim Vertebrata tengah intensif melakukan preparasi terhadap fosil bagian vetrebra atau tulang belakang. Menurut Iwan Kurniawan, anggota Tim Vertebra, saat ini baru delapan bagian fosil yang baru bisa direkonstruksi karena sudah sampai di Museum Geologi.
Bagian itu terdiri dari tulang belakang, tulang kering (tibia), tulang rusuk, tulang belikat, kaki kecil (vibula), tulang lengan (radius), dan pangkal lengan (kumerus). Bagian lainnya saat ini masih tersimpan di situs penggalian di Dusun Sunggun, Kabupaten Blora, Jateng.
"Sebagian kecil masih menunggu ekskavasi lanjutan. Selasa (28/4) ini rencananya kami akan melanjutkan (ekskavasi) ini," ucapnya.
Kondisi fosil yang kurang baik akibat tidak sempurnanya proses fosilisasi selama terkubur di tanah berpasir sedikit menyulitkan tim untuk mempercepat proses preparasi.
"Kita harus hati-hati sekali. Kalau tidak bisa rusak," ucap Erick Setiyabudi, anggota tim lainnya dari Badan Geologi ESDM.
Adapun di beberapa bagian justru menempel tanah lekat yang sulit dihilangkan karena tingginya kandungan ferit atau besi. Sesekali harus diteteskan cairan campuran paraloid-aseten untuk mencegah keretakan pada struktur fosil yang diperkirakan berumur 150.000-200.000 tahun pada masa geologi kuarter Plistosen akhir ini. Bahkan, saat fosil ini diangkut, mesti dilapisi dulu dengan dua lapis gips (batu dental) agar tidak pecah.
Menurut Iwan, penemuan fosil gajah purba dari jenis Elephas atau nenek moyang dari gajah modern saat ini itu merupakan suata capaian istimewa. "Ini satu-satunya fosil (gajah purba) yang paling utuh dan komplit," ucapnya. Namun, diakuinya, fosil ini tidak terlepas dari sedikit cacat. Sebab, ada beberapa potongan fosil yang hilang pada bagian tengkorak sebelah kiri.
"Namun, dibandingkan fosil-fosil lainnya yang pernah ditemukan, misalnya fosil Elephas maximus di Rancamalang, Cijerah, Kota Bandung, tahun 2002, peninggalan prehistori ini jauh lebih lengkap dan utuh. Yang di Cijerah kan cuma berupa rahang bagian bawah," ucap Iwan.
Leiden Belanda
Prof Fachroel Azis, paleontolog sekaligus Ketua Tim dari Badan Geologi ESDM, mengatakan, penemuan fosil gajah purba yang diyakini dari jenis Elephas hysudrindicus ini tergolong luar biasa. "Sebab, ini yang paling lengkap. Di Leiden, yang tersimpan kan hanya berupa kepala saja, tidak utuh," ucap pemerhati evolusi vertebrata ini.
Menurut dia, saat ini hampir tidak mungkin ditemukan fosil 100 persen utuh jika bukan berada di daerah berlapis macam Siberia. Fosil ini ditemukan di daerah yang dulu itu mungkin rawa atau basin. "Gajah ini masuk ke kubangan yang berupa semacam pasir isap sehingga relatif utuh. Ini dibuktikan pula dari lapisan dan temuan dedaunan di sana," ujar Azis.
Meskipun diasumsikan berusia hampir 200.000 tahun, pihaknya akan melakukan verifikasi usia fosil ini dengan menggunakan teknologi thermoluminensi yang ada di Australia. Pengukuran dengan metoda karbon tidak bisa dilakukan karena usia fosil lebih dari 40.000 tahun.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment