Indonesia Negeri Diatas Malaysia
Sepanjang perjalanan hidup saya, saya telah melakukan perjalanan dari satu negara ke negara lainnya walaupun hanya sebatas Asia. Saya adalah orang Indonesia, tapi nenek moyang saya adalah seorang perantau yang akhirnya menetap dari negeri China ke bumi Nusantara bernama Indonesia. Saya makan dan minum di bumi pertiwi ini dengan apa yang saya dapatkan sehingga saya pun merasa saya adalah orang Indonesia walaupun terkadang mereka melihat saya bermata sipit lebih mirip orang asing.
Dulu, saya sempat berpikir? Apa yang bisa saya banggakan sebagai orang Indonesia. Terlebih rasanya banyak hal ganjil yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat di masa kecil saya yang suram. Masih teringat bagaimana rasanya kerusuhan mei yang membuat saya nyaris tak bisa tidur dan sampai saat ini pun terkadang merasa cemas bila mengingat hal itu, syukurlah 12 tahun berlalu negeri saya sudah menutup album lawas yang mengerikan itu.
Di Indonesia, sebenarnya saya merasa sangat beruntung. Karena memiliki banyak hal yang bisa saya lakukan untuk mengisi perut dan pakaian di tubuh saya. Terlahir sebagai seorang penulis saya kini merasakan benar bahwa negeri saya adalah negeri yang membawa harapan sehingga ketika saya mendapatkan tawaran Greencard lottery menuju Amerika, saya pun memutuskan untuk menolaknya.
Ketika saya mendapatkan seorang kekasih yang bermukim di Malaysia, saya mendapatkan cobaan berat ketika harus memutuskan untuk memilih apakah harus tinggal di negeri melayu itu atau menjaga hubungan jarak jauh saya begitu saja. Sebab kekasih saya sudah tidak sabar untuk meminta saya menikah dengannya karena saya bisa maklumin usianya yang mendekati kepala tiga.
Ketika saya mendapatkan seorang kekasih yang bermukim di Malaysia, saya mendapatkan cobaan berat ketika harus memutuskan untuk memilih apakah harus tinggal di negeri melayu itu atau menjaga hubungan jarak jauh saya begitu saja. Sebab kekasih saya sudah tidak sabar untuk meminta saya menikah dengannya karena saya bisa maklumin usianya yang mendekati kepala tiga.
So, untuk itu saya pun memutuskan mencoba pergi ke Malaysia setiap bulannya. Disini saya mencoba membandingkan perbedaaan antara hidup di Malaysia dan hidup sebagai orang Indonesia di negeri Om Mahathir, kebetulan kekasih saya adalah seorang Malaysia bermata sipit dengan pekerjaan sebagai pekerja kantoran yang sempat menjadi meneger disana. Hidup di Malaysia memang lebih nyaman daripada Jakarta, dengan kondisi polusi yang lebih baik, tapi soal macet ya boleh tahan lah ( istilah orang Malaysia untuk mengatakan okelah). Hampir dua bulan saya menjalani penjajakan di negeri melayu ini dan saya menangkap hal yang bisa jadi membuat saya berpikir, kok bisa ya?.
Kekasih saya mengatakan pada saya, sebagai seorang berpaspor Malaysia. Hidupnya sama saja seperti orang yang distatuskan sebagai orang asing, Why? Sebab dia sendiri pun harus melepas fasilitas yang semestinya diterima oleh orang Malaysia, sebab di Malaysia sini, orang Melayu mendapatkan fasilitas nomor satu. Contohnya, bila seorang melayu ingin membeli rumah, maka pemerintah akan memberikan diskon 10-25 % kepada pembeli Melayu itu, tapi untuk warga kelas dua harus membayar 100% tanpa diskon dan pajak.
Kekasih saya mengatakan pada saya, sebagai seorang berpaspor Malaysia. Hidupnya sama saja seperti orang yang distatuskan sebagai orang asing, Why? Sebab dia sendiri pun harus melepas fasilitas yang semestinya diterima oleh orang Malaysia, sebab di Malaysia sini, orang Melayu mendapatkan fasilitas nomor satu. Contohnya, bila seorang melayu ingin membeli rumah, maka pemerintah akan memberikan diskon 10-25 % kepada pembeli Melayu itu, tapi untuk warga kelas dua harus membayar 100% tanpa diskon dan pajak.
Selain itu, orang Malaysia menurut saya memiliki tingkat diskriminasi yang sangat tinggi dan itu tertanam dalam setiap individu dan jenis rasnya. So, jangan kamu berpikir kalau suku tertentu akan dapat duduk setara di setiap restorant. Kekasih saya mengatakan bahwa sebagai seorang keturunan ia memang sejak kecil tidak pernah mau bergaul dengan jenis suku utama negeri itu karena tertanam di benak mereka bahwa melayu hanya untuk melayu, india hanya dengan india dan Tiong hua hanya untuk Tiong hua.
Saya pun berdenyut bingung? Dia pun bertanya bagaimana dengan negeri kamu?. Saya tersenyum dan berkata. Di negeri saya semuanya sama dan tidak membeda-bedakan, sejak kecil kami memang sudah terbiasa bersosialisasi dengan semua jenis suku dan ras. Lalu dia kembali bertanya? Mengapa kalian bisa bersatu ?. saya berkata bahwa memang secara kualitas dan tingkat ekonomi negeri kamu lebih baik, tapi secara sosialitas negeri kami setingkat di atas kamu.
Bangsa kami tidak mengenal pengelompokan setiap golongan sehingga menimbulkan perbedaan. Kami sudah terbiasa duduk di satu meja restorant dan menikmati hidangan makan bersama ( Jarang saya melihat ini di Malaysia karena biasanya, restorant di Malaysia selalu ditulis untuk halal dan tidak halal). Dia pun lebih terkejut ketika saya bilang saya pernah memiliki seorang kekasih melayu dan pastinya ini sesuatu yang mustahil di Malaysia.
Malaysia melakukan pengaturan hukum yang sangat berat bagi setiap penduduknya untuk menikah dalam satu agama, memang di Indonesia juga seperti itu. Tapi tidak seketat di Malaysia bila ingin menikah harus berganti nama mengikuti suku utama mereka sehingga bisa jadi nama kamu berubah menjadi Muhammad, Sairul, Abdullah bila ingin menikahi gadis Melayu. Saya katakan Di Indonesia memang ketat, tapi biasanya masih bisa ditembus dengan berbagai cara.
Orang Malaysia memang sangat sentimental bila membicarakan orang Indonesia, sebab kekasih saya pun sempat was-was ketika mengetahui saya orang Indonesia dan saat menjalin hubungan pun dia berkata. “ Maaf ya, sejujurnya saya pun agak cemas bila banyak teman saya tau saya memacari seorang gadis Indonesia, karena stereotip orang Malaysia yang begitu menganggap orang Indonesia sangat buruk”. Saya tersenyum dan berkata. “ Lalu apa pertimbangan kamu memacari saya”. Karena sejujurnya saya merasa selama ini gadis Malaysia sangat berbeda dengan gadis Indonesia. Apa bedanya?”
Ya, kebanyakan gadis-gadis Malaysia sangat terbuka dan tidak mementingkan apa arti keperawanan dan selalu berpikir bahwa uang dan hiburan adalah nomor satu dalam kehidupan. Tapi gadis Indonesia menurut dia “ masih tradisional dan kebanyakan dari mereka sangat menghormati kesucian”, sejujurnya ini bukan saya yang jelaskan tapi kebetulan dulu kekasih saya mendapatkan rekan kerja asal Indonesia yang menjelaskan semuanya, awalnya dia tidak percaya tapi akhirnya dia percaya setelah mengenal saya.
Saya pun berdenyut bingung? Dia pun bertanya bagaimana dengan negeri kamu?. Saya tersenyum dan berkata. Di negeri saya semuanya sama dan tidak membeda-bedakan, sejak kecil kami memang sudah terbiasa bersosialisasi dengan semua jenis suku dan ras. Lalu dia kembali bertanya? Mengapa kalian bisa bersatu ?. saya berkata bahwa memang secara kualitas dan tingkat ekonomi negeri kamu lebih baik, tapi secara sosialitas negeri kami setingkat di atas kamu.
Bangsa kami tidak mengenal pengelompokan setiap golongan sehingga menimbulkan perbedaan. Kami sudah terbiasa duduk di satu meja restorant dan menikmati hidangan makan bersama ( Jarang saya melihat ini di Malaysia karena biasanya, restorant di Malaysia selalu ditulis untuk halal dan tidak halal). Dia pun lebih terkejut ketika saya bilang saya pernah memiliki seorang kekasih melayu dan pastinya ini sesuatu yang mustahil di Malaysia.
Malaysia melakukan pengaturan hukum yang sangat berat bagi setiap penduduknya untuk menikah dalam satu agama, memang di Indonesia juga seperti itu. Tapi tidak seketat di Malaysia bila ingin menikah harus berganti nama mengikuti suku utama mereka sehingga bisa jadi nama kamu berubah menjadi Muhammad, Sairul, Abdullah bila ingin menikahi gadis Melayu. Saya katakan Di Indonesia memang ketat, tapi biasanya masih bisa ditembus dengan berbagai cara.
Orang Malaysia memang sangat sentimental bila membicarakan orang Indonesia, sebab kekasih saya pun sempat was-was ketika mengetahui saya orang Indonesia dan saat menjalin hubungan pun dia berkata. “ Maaf ya, sejujurnya saya pun agak cemas bila banyak teman saya tau saya memacari seorang gadis Indonesia, karena stereotip orang Malaysia yang begitu menganggap orang Indonesia sangat buruk”. Saya tersenyum dan berkata. “ Lalu apa pertimbangan kamu memacari saya”. Karena sejujurnya saya merasa selama ini gadis Malaysia sangat berbeda dengan gadis Indonesia. Apa bedanya?”
Ya, kebanyakan gadis-gadis Malaysia sangat terbuka dan tidak mementingkan apa arti keperawanan dan selalu berpikir bahwa uang dan hiburan adalah nomor satu dalam kehidupan. Tapi gadis Indonesia menurut dia “ masih tradisional dan kebanyakan dari mereka sangat menghormati kesucian”, sejujurnya ini bukan saya yang jelaskan tapi kebetulan dulu kekasih saya mendapatkan rekan kerja asal Indonesia yang menjelaskan semuanya, awalnya dia tidak percaya tapi akhirnya dia percaya setelah mengenal saya.
Bagi orang Malaysia, orang-orang Indonesia adalah sumber masalah, sebab banyak dari mereka yang membuat tindakan criminal dan hukum. Saya pun heran demikian, kekasih saya mengatakan, Polisi kerajaan Malaysia mencatat bahwa orang Indonesia dalah 80 % kasus dari criminal sepanjang tahun 2008 dan 20 % sisanya adalah imigran asal India, Pakistan dan penduduk local. So, mengapa sering terjadi kasus penyiksaan dan berita penangkapan orang Indonesia oleh Polisi Malaysia.
Polisi Malaysia sendiri tidak semuanya bersih, bila mereka melihat orang Indonesia melintas di Jalan, mereka akan mencegat untuk meminta paspor dan indentitas, bila ketauan orang itu tidak memiliki indentitas, polisi Malaysia memiliki dua cara, satu akan menangkap , kedua “ Damai”. Ya, itulah yang saya katakan mengapa menyedihkan, sebab bila sudah damai, gaji TKI atau TKW Indonesia akan habis begitu saja untuk menyogok kepolisian itu.
Saya senang dan bahagia bila saya makan disebuah restorant dan bertemu TKW Indonesia yang bekerja sebagai pelayan. Awalnya mereka pikir saya mungkin orang Malaysia, ketika saya bicara dengan logat Indonesia mereka antusias melayani saya dengan baik hati. Kekasih saya heran, jarang ia melihat pelayan yang sepenuh hati melayani sambil mengucapkan terima kasih berulang-ulang.
Saya katakan padanya bahwa saya merasakan ikatan batin sebagai orang Indonesia ketika melihat mereka so saat mereka tersenyum dan saya membalas dengan senyum lalu bicara dalam bahasa Indonesia, mereka seperti antusias sebab mereka tidak pernah dianggap oleh tamu bila tau mereka adalah pelayan Indonesia. Jadi mereka merasa terharu, saya sedih ketika mendengar dari mereka berkata bahwa disini mereka bekerja tanpa pernah merasa dihargai.
Ya, banyak hal yang saya rasakan ketika tinggal di negeri melayu ini. Mata saya terbuka, walaupun saya sama seperti kekasih saya yang tinggal di negeri orang walaupun memiliki paspor Negara resmi. Tapi saya merasa Indonesia lebih baik daripada negeri manapun yang pernah saya kunjungi, saya bangga negeri saya berdasarkan Bhinneka Tunggal Ika sebab, mungkin bila pahlawan kita dahulu tidak menetapka lambang ini sebagai pemersatu saya rasa negeri saya akan menjadi seperti Malaysia yang mengalami tingkat diskriminasi sangat kental.
Polisi Malaysia sendiri tidak semuanya bersih, bila mereka melihat orang Indonesia melintas di Jalan, mereka akan mencegat untuk meminta paspor dan indentitas, bila ketauan orang itu tidak memiliki indentitas, polisi Malaysia memiliki dua cara, satu akan menangkap , kedua “ Damai”. Ya, itulah yang saya katakan mengapa menyedihkan, sebab bila sudah damai, gaji TKI atau TKW Indonesia akan habis begitu saja untuk menyogok kepolisian itu.
Saya senang dan bahagia bila saya makan disebuah restorant dan bertemu TKW Indonesia yang bekerja sebagai pelayan. Awalnya mereka pikir saya mungkin orang Malaysia, ketika saya bicara dengan logat Indonesia mereka antusias melayani saya dengan baik hati. Kekasih saya heran, jarang ia melihat pelayan yang sepenuh hati melayani sambil mengucapkan terima kasih berulang-ulang.
Saya katakan padanya bahwa saya merasakan ikatan batin sebagai orang Indonesia ketika melihat mereka so saat mereka tersenyum dan saya membalas dengan senyum lalu bicara dalam bahasa Indonesia, mereka seperti antusias sebab mereka tidak pernah dianggap oleh tamu bila tau mereka adalah pelayan Indonesia. Jadi mereka merasa terharu, saya sedih ketika mendengar dari mereka berkata bahwa disini mereka bekerja tanpa pernah merasa dihargai.
Ya, banyak hal yang saya rasakan ketika tinggal di negeri melayu ini. Mata saya terbuka, walaupun saya sama seperti kekasih saya yang tinggal di negeri orang walaupun memiliki paspor Negara resmi. Tapi saya merasa Indonesia lebih baik daripada negeri manapun yang pernah saya kunjungi, saya bangga negeri saya berdasarkan Bhinneka Tunggal Ika sebab, mungkin bila pahlawan kita dahulu tidak menetapka lambang ini sebagai pemersatu saya rasa negeri saya akan menjadi seperti Malaysia yang mengalami tingkat diskriminasi sangat kental.
Sekarang kekasih saya tidak pernah ragu untuk mengatakan kepada rekan-rekannya bahwa ia memiliki kekasih seorang Indonesia, sebab dia tau bahwa kini Indonesia bukan seperti yang ia pikirkan selama ini. Cinta itu buta tapi hati janganlah membutakan mata, banyak hal yang ingin saya kisahkan tentang kebanggaan saya sebagai orang Indonesia, tapi saya takut halaman ini akan membuat kalian mengantuk..
So disambung aja next time ya..
So disambung aja next time ya..
usin kata; artikel ini di ambil dr kompas.com..renungkanlah dan selidikilah..mungkin ada tersembunyi sesuatu di dalamnya..positifkan diri sendiri semasa membacanya...
No comments:
Post a Comment