foto;Beragam produk mulai dari makanan, minuman, kosmetik, hingga produk investasi yang bersertifikasi halal dipamerkan dalam Indonesia International Halal Exhibition 2008 di Balai Kartini, Jakarta, Kamis (3/7). Pameran yang diikuti peserta dari Indonesia dan sejumlah negara, seperti Iran, Bahrain, Malaysia, tersebut berlangsung hingga 6 Juli 2008.
Industri makanan halal harus memanfaatkan krisis merebaknya penyakit flu babi dan sapi gila saat ini. Industri tersebut harus menawarkan alternatif makanan yang tidak hanya sebuah makanan. Akan tetapi, industri ini sangat memerhatikan proses pembuatan makanan dengan prosedur halal atau secara Islami. "Merebaknya flu babi menjadi dorongan masyarakat untuk berpikir ulang kebiasaan memakan babi. Ini merupakan kesempatan kepada industri makanan halal untuk tampil sebagai alternatif dan solusi," kata Presiden World Halal Forum Saleh Abdullah, ketika membuka World Halal Forum ke-4 2009 di Kuala Lumpur, Senin (4/5). Begitu juga soal merebaknya penyakit "sapi gila" akibat memproduksi ulang produk-produk yang seharusnya dibuang, termasuk tulang punggung belakang. Kenyataan ini merupakan kesempatan bagi produk makanan halal untuk menjadi alternatif makanan kepada muslim dan non-muslim di dunia. Krisis ekonomi dunia saat ini yang disebabkan oleh kelemahan sistem perbankan konvensional menjadi peluang bagi perbankan Islam dan halal menjadi alternatif sistem perbankan dunia. Apalagi pasar produk halal di dunia semakin naik setiap tahunnya. Pasar produk halal dunia terus meningkat. Pada 2008 nilainya mencapai 580 miliar dollar AS. Namun kini, pada 2009 naik 9,3 persen atau 54 miliar dollar AS menjadi 634 miliar dollar AS dari 1,8 miliar penduduk muslim di seluruh dunia, kata CEO Internasional Halal Integerity (IHI) Darhim Hashim. Darlim mengatakan, berdasarkan survei yang dilakukan Global Food Research & Advisory, Mei 2009, pasar produk halal telah naik mencapai 634 miliar dollar AS. "Pasar produk halal terus meningkat dari tahun ke tahun, baik di negara-negara muslim dan non-muslim, seperti Eropa dan Amerika," tambah dia. Pertemuan WHF di Kuala Lumpur juga terus meningkat. Sejak dimulainya WHF tahun 2006, ajang ini hanya dihadiri 463 delegasi dari 27 negara. Lalu, angkanya naik di tahun 2007 menjadi 980 delegasi dari 40 negara. "Peserta pertemuan World Halal Forum ke-3 tahun 2008 naik lagi hingga 1.200 delegasi dari berbagai negara, industri, organisasi penelitian, universitas, lembaga konsumen, dan lembaga keagamaan," kata Jumaatun Azmi, pendiri WHF Malaysia. Delegasi dari negara-negara non-muslim, seperti Australia, Selandia Baru, Amerika, dan Inggris serta negara Eropa lainnya, pada WHF di Kuala Lumpur menunjukkan bahwa produk dan persyaratan halal semakin bisa diterima oleh produsen negara-negara non-muslim. Jika bisa masuk ke negara muslim, produk mereka harus memenuhi standar halal...-sumber www.kompas.com
No comments:
Post a Comment