Demonstran menghindar dari semprotan gas air mata di Kuala Lumpur, Malaysia, Sabtu ( 1/8). Demonstran dari kubu oposisi memprotes Undang-Undang Keamanan Internal warisan penjajahan Inggris.
60 Pemrotes Masih Ditahan
Senin, 3 Agustus 2009 07:54 WIB
KUALA LUMPUR, KOMPAS.com — Pemerintah Malaysia menghadapi kritik karena menangkap ratusan orang yang ikut serta dalam protes menentang Undang-Undang Keamanan Internal. Sedikitnya 60 orang masih berada di tahanan, Minggu (2/8).
Polisi Malaysia juga dikritik karena menggunakan meriam air dan gas air mata untuk membubarkan pemrotes yang jumlahnya mencapai 15.000 orang pada Sabtu pekan lalu. ”Saya merasakan langsung penggunaan gas air mata oleh polisi dan dampaknya yang merusak,” kata Lim Kit Siang, salah seorang tokoh oposisi yang ikut dalam protes tersebut.
Lim mengecam Perdana Menteri Najib Razak karena tindakan keras yang dilakukan polisi. Sedikitnya 5.000 polisi, termasuk skuad antihuru-hara, dikerahkan untuk menghadapi pemrotes. Sebanyak 589 orang ditangkap dalam protes tersebut, tetapi sebagian besar telah dilepaskan.
Kepala Kepolisian Kuala Lumpur Muhammad Sabtu Osman mengatakan, orang-orang yang ditangkap sedang diinterogasi karena melakukan protes ilegal. Mereka bisa menghadapi hukuman 1 tahun penjara dan denda.
Kemarin Najib membenarkan tindakan polisi karena mereka bertugas menjaga keamanan. ”Demonstrasi di jalan tidak boleh dilanjutkan dan otoritas bisa mengambil tindakan,” kata Najib, seperti dikutip kantor berita Malaysia, Bernama.
Najib mengatakan, protes itu tidak perlu dan hanya menimbulkan kesulitan bagi rakyat. Pemerintah, kata Najib, telah berjanji untuk mengkaji ulang Undang-Undang Keamanan Internal (ISA).
Menteri Dalam Negeri Malaysia Hishammuddin Hussein mengatakan, ISA bisa diamandemen sesegera mungkin pada sesi parlemen berikutnya. Akan tetapi, oposisi menghendaki ISA dihapuskan. ISA memungkinkan penahanan seseorang tanpa pengadilan.
KUALA LUMPUR, KOMPAS.com — Pemerintah Malaysia menghadapi kritik karena menangkap ratusan orang yang ikut serta dalam protes menentang Undang-Undang Keamanan Internal. Sedikitnya 60 orang masih berada di tahanan, Minggu (2/8).
Polisi Malaysia juga dikritik karena menggunakan meriam air dan gas air mata untuk membubarkan pemrotes yang jumlahnya mencapai 15.000 orang pada Sabtu pekan lalu. ”Saya merasakan langsung penggunaan gas air mata oleh polisi dan dampaknya yang merusak,” kata Lim Kit Siang, salah seorang tokoh oposisi yang ikut dalam protes tersebut.
Lim mengecam Perdana Menteri Najib Razak karena tindakan keras yang dilakukan polisi. Sedikitnya 5.000 polisi, termasuk skuad antihuru-hara, dikerahkan untuk menghadapi pemrotes. Sebanyak 589 orang ditangkap dalam protes tersebut, tetapi sebagian besar telah dilepaskan.
Kepala Kepolisian Kuala Lumpur Muhammad Sabtu Osman mengatakan, orang-orang yang ditangkap sedang diinterogasi karena melakukan protes ilegal. Mereka bisa menghadapi hukuman 1 tahun penjara dan denda.
Kemarin Najib membenarkan tindakan polisi karena mereka bertugas menjaga keamanan. ”Demonstrasi di jalan tidak boleh dilanjutkan dan otoritas bisa mengambil tindakan,” kata Najib, seperti dikutip kantor berita Malaysia, Bernama.
Najib mengatakan, protes itu tidak perlu dan hanya menimbulkan kesulitan bagi rakyat. Pemerintah, kata Najib, telah berjanji untuk mengkaji ulang Undang-Undang Keamanan Internal (ISA).
Menteri Dalam Negeri Malaysia Hishammuddin Hussein mengatakan, ISA bisa diamandemen sesegera mungkin pada sesi parlemen berikutnya. Akan tetapi, oposisi menghendaki ISA dihapuskan. ISA memungkinkan penahanan seseorang tanpa pengadilan.
Kemunduran
Analis menilai tindakan polisi sebagai sebuah kemunduran bagi Najib. Sejak menjadi perdana menteri pada April 2009, Najib berupaya memulihkan dukungan bagi pemerintahannya di tengah ketidakpuasan publik soal kesalahan pengelolaan ekonomi dan ketegangan rasial.
Ramon Navaratnam, pemimpin lembaga pemikir Pusat Studi Kebijakan Publik, mengatakan, tindakan keras polisi menunjukkan pemerintah gagal belajar dari hasil buruk Pemilu 2008 saat koalisi berkuasa Barisan Nasional kehilangan mayoritas mutlak di parlemen.
”(Najib) telah mengatakan hal yang benar, tetapi tidak terwujud. Apakah dia serius menjadi liberal dan reformis?” kata Ramon.
Analis politik, Khoo Kay Peng, mengatakan, hasil Pemilu 2008 menunjukkan rakyat Malaysia menuntut kebebasan yang lebih besar.
”Rakyat menginginkan perubahan. Jika Barisan Nasional ingin tetap berkuasa, mereka harus mendengarkan rakyat yang menghendaki kebebasan dan penghormatan terhadap hak-hak individual,” kata Khoo
usinkata; "Jiran" lebih memahami apa yg dirasa.....
No comments:
Post a Comment